Dimethyl Ether (DME) digadang-gadang akan menggantikan Liquified Petroleum Gas (LPG) sebagai gas konsumsi. Pemerintah berencana mengganti LPG dengan DME karena subsidi yang selama ini diberikan LPG ternyata tidak tepat sasaran. DME tercatat memiliki berbagai keunggulan. Salah satunya adalah berkaitan dengan melimpahnya bahan baku pembuatannya.
Dilansir dari tempo.co, DME dibuat berdasarkan batu bara berkalori rendah yang jumlahnya melimpah di Indonesia. Jumlah batu bara berkalori rendah yang digunakan untuk pembuatan DME mencapai 20 miliar. Selain itu, batu bara berkalori rendah permintaan pasarnya juga tidak terlalu tinggi sehingga jumlahnya semakin melimpah.
Kelebihan lain dari DME adalah bisa diproduksi dari berbagai sumber bahan sekaligus. Dilansir dari migas.esdm.go.id, DME bisa diproduksi dari berbagai bahan, mulai dari bahan fosil hingga bahan pembuatan energi alternatif. Adapun industri yang memproduksi DME saat ini belum tersedia di Indonesia. Kendati demikian, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan terus mengembangkan dan memberikan infrastruktur teknis untuk proses produksi DME.
Karena menggunakan batu bara berkalori rendah dan bisa diproduksi dengan berbagai sumber, DME diperkirakan mampu menekan jumlah subsidi gas konsumsi. Sebab, sebagaimana dilansir dari indonesia.go.id, bahan-bahan pembuatan LPG selama ini diimpor dari luar negeri, yang mana semakin membebani keuangan negara. Sementara itu, DME menggunakan bahan-bahan yang bisa diambil dari negeri sendiri.
DME juga lebih bersahabat terhadap lingkungan. Dilansir dari petrominer.com, DME dinilai lebih mudah terurai di udara sehingga tidak mudah merusak ozon. Selain itu, DME juga terbukti mampu mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 20 persen. Gas LPG tiap tahunnya menghasilkan emisi hingga 930 kg CO2, sementara DME diperkirakan hanya 745 kg CO2.
BANGKIT ADHI WIGUNA